KULIAH UMUM: GURU DALAM PERSPEKTIF MERDEKA BELAJAR: BELAJAR DARI KI HAJAR DEWANTARA BERSAMA BAPAK IWAN SYAHRIL
September 17, 2020Kuliah umum dengan Dirgen GTK Kemdikbud Bapak Iwan Syahril diawali dengan sebuah pertanyaan menarik. “Seorang anak lahir itu: a) ibarat kertas yang sudah memiliki tulisan tapi masih samar? Atau b) ibarat kertas kosong?”
Dari kolom chat di ruang
meeting virtual, banyak sekali yang menjawab dengan B ibarat kertas kosong. Itu
adalah perumpamaan yang paling umum di masyarakat. Lalu mana yang benar? Jawaban sengaja pak Iwan tahan untuk
pembahasan selanjutnya. Kuliah dari dirgenGTK ini lebih mengedepankan pada
filosofi pendudukan Ki Hajar Dewantara.
Ki Hajar Dewantara
mengilhami bukan hanya untuk dunia pendidikan Nasional tapi juga Internasional.
Sebagai contoh tokoh-tokoh pendidikan dunia seperti Fredrich Fobel, Maria
Montessori,dan Tagore yang ternyata pernah mengunjungi Taman Siswa. Yang kita ketahui
itu adalah sekolah yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara.
Guru
dalam Perspektif Merdeka Belajar:
Merdeka belajar
sebenarnya bukanlah hal yang baru, Merdeka belajar juga dijunjung tinggi oleh
Ki Hajar Dewantara, diantaranya:
1.
Memandang Anak
dengan Rasa Hormat
Guru harus terus belajar dari siswa nya, kita tidak
tahu jenis siswa yang seperti apa yang akan hadir di kelas seorang guru. Menurut
Beliau “pendidikan itu hanya bisa menuntun, namun faedahnya bagi hidup
tumbuhnya anak sangat besar”.
Pendidikan ibarat petani: petani mampu menuntun
tumbuhnya padi dengan cara memupuk, menyiram, memperbaiki unsur hara, dan
membasmi hama. Akan tetapi petani tak akan pernah mampu mengganti kodrat padi
yang ia tanam.
Kembali kepertanyaan diawal tadi, seorang anak itu
lahir seperti kertas kosong atau sudah terisi?
Seorang anak lahir diumpamakan sehelai kertas yang
sudah ditulisi penuh tapi masih samar. Pedidikan berkewajiban untuk mempertebal
tulisan samar yang bersifat baik dan membiarkan tulisan negatif dari seorang
anak.
Seorang guru yang memandang anak dengan rasa hormat
akan menjadi guru pembelajar yang baik.
2. Mendidik Secara Holistic
Pendidikan holistic mengedepankan pada budi pekerti. Tidak
ada dua budi pekerti yang sama sehingga kita dapat membedakan orang yang saru
dengan lainnya. Kebersihan budi itu adalah bersatunya cipta rasa dan karsa,
tajamnya pikiran, halusnya rasa, kuatnya kemauan akan menciptakan hal yang akan
membawa kepada kebijakan.
Ki Hajar Dewantara dalam yayasan Taman Siswanya pernah
melakukan kritik terhadap pendidikan di era kemerdekaan. Bahwa pendidikan zaman
itu mengedepankan nilai raport, ijasah dan sistem penilaian dan penghargaan
intelektualitas. Sehingga anak-anak sukar dalam mendapatkan suasana belajar dengan
tentram karena dikejar oleh ujian-ujian.
3. Mendidik secara Relevan/Kontekstual
Filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara juga bergantung
dengan kodrat keadaan. Kodrat ini bisa berasal dari kodrat alam dan kodrat
zaman. Alam membentuk kebudayaan dan pendidikan sendiri, antara satu wilayah
akan berbeda dengan wilayah lain.
Kodrat zaman sendiri berdasarkan perkembangan zaman yang ditempati oleh
masyarakat. Sehingga peranan TIK pada kodrat zaman ini sangat berpengaruh dan
terus berkembang.
Quatation
(seperti biasa ;D , penulis suka sekali quotation)
“kita harus mencari untuk mencari solusi bersama untuk mencapai suatu tujuan yang sama”-Ki Hajar Dewantara 1935.
Saat ini kita hidap dalam masa transisi; segala sesuatu di sekitar kita mengalami perubahan. Hilangnya kebiasaan lama membuat kita sedih, namun disaat yang bersamaan hal-hal baru membawa kegembiraan. Terkadang kita tidak ingin mengubah adat, namun disaat lain kitalah yang ingin meninggalkan kebiasaan yang sudah tidak relevan lagi. Lambat laun kita akan menyadari bahwa percuma saja melawan hal yang tidak dapat dihindarkan dan segala sesuatu datang pada masanya. Akhirnya, kita akan berkonsoliasi dengan hal yang datang bukanlah pilihan kita, namun merupakan kebutuhan kita.- Ki Hajar Dewantara 1935
selama ini kita bertanya-tanya esensi pendidikan dengan merdeka belajar. Penulis sendiri sampai sekarang masih mempertanyakan diri, sudah merdekakah saya dalam belajar? sudah merdekakah saya dalam Mengajar? And I dont have a answer. sudahkah sahabat merdeka belajar? merdeka mengajar?
0 komentar