DRAMA ROMANTIKA VIDEO CONFERENCE UNTUK SOSIALISASI RUMAH BELAJAR

Oktober 26, 2020

Terlempar dari zoom meeting selama mengikuti webinar atau pelatihan sudah biasa buat saya. Menyadari karena lokasi saya yang berada di wilayah yang memang susah sinyal. Tapi itu dulu, saat saya hanya sebagai peserta webinar dan pelatihan. Sepanjang itu pula, saya tidak pernah menemui pembicara seminar tersebut, tiba-tiba menghilang dari ruangan meeting virtual ini.

Dan, drama memalukan tersebut, saya alami berkali-kali. Malu, Kesal, marah saya rasakan, tapi lama-lama yang saya rasakan cuma konyol dan lucu. Hingga saya selalu bilang kata pembukaan seperti ini “Bapak/Ibu karena posisi saya berada di daerah 3T, mohon maaf jika nanti saat saya bicara, tiba-tiba saya menghilang ya. Itu artinya saya terlempar dari ruang zoom ini karena siyal melemah”. Itu adalah opening statement yang selalu saya saya. Selalu.

Saat kita terlempar dari ruang zoom sebagai peserta itu tidak efeknya, tidak akan mempengaruhi jalannya kegiatan. Tapi jika terlempar saat posisinya sedang jadi center dari meeting, ruangan tiba-tiba lengang, semua peserta terdiam dan bertanya-tanya “Apa yang terjadi?” ketika saya yang terlempar, apa yang terjadi di dalam ruangan tidak dapat saya ketahui.

Ketika saya kembali, seringnya ruangan sudah diambil alih oleh moderator, jadi kegiatan tidak terasa kosong. Nah, jika terlempar sebagai moderator? Sudah pernah dong. Salah satu tugas moderator adalah perantara antara peserta dengan narasumber. Moderator memilih dan menyampaikan pertanyaan dari peserta kepada narasumber dan dibagian akhir membuat kesimpulan. Saat moderator terlempar dan kembali ke ruangan zoom, ia akan kehilangan semua pertanyaan yang diberikan peserta untuk narasumber. Dan moderator juga akan kehilangan point penting suatu permasalahan.

Nah, jika host yang terlempar bagaimana? Ya peserta tidak akan merasa ganjil dengan ruangan, tapi ketika host kembali ada sebuah masa dimana host berubah menjadi peserta biasa ataupun tetap menjadi host seperti semula. Saat host kembali sebagai host seperti semula, akan banyak deretan peserta yang ingin di “admit” ke dalam ruangan. Tapi saat host kembali sebagai peserta. Entah siapa yang jadi host?

Sedangkan saat menjadi pembicara atau narasumber, lalu kita terlempar dari ruangan zoom itu rasanya malu, sebel. Saat itu semua mata dan telinga tertuju pada narasumber, dan secara tiba-tiba suara itu hilang dan entah kemana perginya si narasumber itu. Hening dan janggal sekali. Dalam kondisi ini, kesigapan moderator sebagai kuncinya sih. 

Pengalaman video conference untuk sosialisasi rumah belajar.

Setidaknya, ada 6 kegiatan sosialisasi tatap maya yang saya lakukan dan pelaksanaannya 8 kali tatap maya. Ada satu kegiatan yang dilakukan dalam kurun waktu tiga hari. Banyak kenangan yang saya rasakan ketika melakukan sosialisasi Rumah Belajar. Sedang menyampaikan materi sosialisasi rumah belajar, tiba-tiba layar putih dan tanda loading zoom muncul. Bahkan hal yang paling membuat malu pun saya alami, dua kali. Yaitu zoom yang saya dan teman-teman gunakan adalah zoom dari Microsoft teams. Selama ini aman dan berjam-jam bisa dilakukan, tidak seperti zoom gratisan yang hanya 40 menit saja. Dengan demikian kami selalu menggunakan itu. Tapi hari itu, Tuhan berkehendak lain. Tepat 40 menit, zoom mati, saat saya baru share screen. Kami akhirnya membuaka room baru, peserta kami boyong. Dan terjadi lagi, kisah baru yang terulang kembali, di 40 menit berikutnya. Boyong lagi. Yang membuat salut adalah kembalinya peserta ke ruangan zoom itu lagi.

Kejadian itu terulang di pertemuan tatap maya selanjutnya. Padahal saya sudah memastikan ruangan ini akan bertahan hingga lebih dari 40 menit, kami gladi resik selama satu jam lebih. Dan aman. Tapi entah apa sebabnya, nampaknya harus mempelajari lebih lanjut tentang zoom di Microsoft teams itu seperti apa. Cerita tatap maya selengkapnya ada di kisah-kisah blog ini. 

Hambatan dan Kendala

Virtual meeting atau video conference adalah solusi yang tepat untuk pembelajaran jarak jauh seperti sekarang. Mungkin di wilayah perkotaan yang memiliki sinyal prima dan berbagai pilihan provider yang murah meriah, kendala dan hambatan memiliki banyak pilihan solusi. Sayangnya pemerataan jaringan dan fasilitas telekomunikasi Indonesia belum merata, masih ada beberapa titik di wilayah Indonesia yang minim sinyal bahkan tak tersentuh. Ini merupakan kendala terbesar dari pengadaan pembelajaran jarak jauh.

Bahkan pembelajaran jarak jauh pun masih tetap dilaksanakan meskipun di wilayah zona hijau seperti di wilayah kami. Dimaklumi, sebuah upaya dari pemerintah untuk mengendalikan sebaran virus.  Tapi itu juga menghambat pembelajaran, sedang kendala jaringan dan kesediaan internet dan fasilitas yang masih minim

Solusi

Untuk jenjang pendidikan SD, guru mengunjungi rumah-rumah siswa. Sedangkan SMP dan SMA, sudah menerapkan pembelajaran jarak jauh. Kendala pembelajaran jarak jauh berusaha diatasi, dengan pemberian bantuan kuota, penggunaan lab komputer untuk siswa yang tidak memiliki gadget maupun minim kuota, hingga menggunakan aplikasi yang memang di dukung kuota murah.


 

You Might Also Like

0 komentar